Risiko gunakan ban bekas vulkanisir pada kendaraan beroda dua motor

DKI Jakarta (ANTARA) – Pemanfaatan ban bekas vulkanisir pada sepeda gowes motor semakin marak dalam Indonesia. Hal ini khususnya disebabkan oleh harganya yang tersebut lebih besar terjangkau dibandingkan ban baru, sehingga bermetamorfosis menjadi pilihan bagi berbagai pengendara dengan anggaran terbatas.
Namun, pada balik tarif hemat tersebut, terdapat banyak risiko yang tersebut wajib diperhatikan. Ban vulkanisir memiliki daya tahan serta kualitas yang tersebut tidak ada terus-menerus sebanding dengan ban baru, sehingga dapat mempengaruhi keselamatan berkendara jikalau tidak ada dipilih lalu dirawat dengan benar.
Apa itu ban vulkanisir?
Ban vulkanisir adalah ban bekas yang digunakan telah lama melalui tahapan perbaikan dengan menambahkan lapisan karet baru pada bagian tapaknya. Proses ini bertujuan untuk melanjutkan usia pakai ban serta menjadikannya tampak seperti baru secara visual.
Meskipun demikian, ban vulkanisir mempunyai bentuk serta kualitas yang mana berbeda dibandingkan ban baru. Hal ini disebabkan oleh sebab itu ban yang disebutkan merupakan hasil rekondisi dari ban bekas, sehingga daya tahannya sanggup lebih banyak rendah lalu berisiko jikalau digunakan tanpa pengecekan yang digunakan tepat.
Baca juga: Perhatikan hal ini agar ban tubeless sepeda gowes motor awet
Risiko menggunakan ban vulkanisir
1. Kekuatan susunan yang digunakan menurun
Ban vulkanisir memiliki daya tahan yang lebih lanjut rendah dibandingkan ban baru. Proses vulkanisir dapat menyebabkan lapisan karet tambahan tidaklah menempel dengan sempurna pada casing ban, meningkatkan risiko lapisan yang disebutkan terlepas ketika digunakan, teristimewa pada kecepatan tinggi.
2. Keseimbangan kendaraan terganggu
Pemasangan ban vulkanisir rutin kali dikerjakan secara manual juga tidak ada presisi, sehingga dapat menyebabkan ketidakseimbangan pada tapak ban. Hal ini dapat mempengaruhi kestabilan kendaraan juga kenyamanan berkendara, khususnya pada kecepatan tinggi atau ketika melintasi jalanan bergelombang.
3. Risiko pecah serta meledak
Ban vulkanisir lebih tinggi rentan terhadap pecah atau meledak sebab rangka karet yang telah terjadi menipis kemudian serangkaian vulkanisir yang tidaklah selalu memenuhi standar pabrik. Kondisi ini dapat berbahaya bagi pengendara, khususnya apabila terbentuk ketika berkendara pada kecepatan besar atau ke jalan yang digunakan tak rata.
4. Usia pakai yang tersebut lebih lanjut pendek
Daya tahan ban vulkanisir umumnya hanya saja sekitar 60-70 persen dari ban baru. Hal ini berarti ban vulkanisir akan lebih lanjut cepat aus juga memerlukan penggantian lebih lanjut sering, meskipun harga jual awalnya lebih lanjut murah.
5. Kenyamanan berkendara berkurang
Ban vulkanisir cenderung mempunyai permukaan yang lebih lanjut keras dan juga daya cengkeram yang dimaksud lebih banyak rendah dibandingkan ban baru. Hal ini dapat mengempiskan kenyamanan berkendara, teristimewa pada waktu menyeberangi jalanan licin atau pada waktu hujan.
Meskipun nilai ban vulkanisir tambahan ekonomis, risiko yang digunakan ditimbulkan dapat membahayakan keselamatan pengendara. Ban hasil rekondisi ini kemungkinan besar tidak ada memiliki daya cengkeram serta ketahanan yang digunakan sebanding dengan ban baru, teristimewa ketika digunakan pada status cuaca ekstrem atau permukaan jalan yang tersebut tidak ada rata.
Oleh dikarenakan itu, penting bagi pengendara untuk mempertimbangkan factor keselamatan lalu kenyamanan berkendara sebelum memutuskan untuk menggunakan ban jenis ini. Memilih ban baru yang mana sesuai dengan rekomendasi pabrikan dapat berubah jadi pembangunan ekonomi yang tersebut lebih banyak bijak demi menjaga keselamatan di dalam jalan raya lalu menurunkan peluang kecelakaan.
Baca juga: Lima bagian motor yang wajib diperhatikan ketika cuaca panas
Baca juga: IRC RX-02 tawarkan pengereman optimal
Artikel ini disadur dari Risiko gunakan ban bekas vulkanisir pada sepeda motor