Gaya Hidup

Periksa mata sejak kapan? Ini adalah panduan berdasarkan usia juga risiko

DKI Jakarta – Banyak penduduk baru memeriksakan matanya ketika penglihatan mulai kabur atau terasa tiada nyaman. Padahal, kebiasaan ini dapat berisiko jikalau dibiarkan. Pemeriksaan mata tidak ada cuma penting ketika terjadi gangguan, tetapi juga diperlukan dikerjakan secara berkala walau mata terlihat sehat. Hal ini sebab beberapa gangguan jiwa penglihatan dapat mengalami perkembangan tanpa disadari sejak usia dini hingga lanjut usia.

Lantas, kapan waktu yang mana tepat untuk mulai memeriksakan mata secara rutin? Jawabannya dapat berbeda-beda, tergantung usia, riwayat kesehatan, juga factor risiko lainnya. Untuk itu, penting mengetahui panduan usia serta keadaan tertentu yang digunakan bermetamorfosis menjadi acuan kapan pemeriksaan mata sebaiknya dimulai.

Mulai usia berapa pemeriksaan mata harus dijalankan secara rutin?

Berikut ini panduan yang dimaksud sanggup Anda jadikan acuan, berdasarkan informasi dari Klik Dokter lalu beberapa jumlah sumber kebugaran lainnya.

1. Usia ke bawah 3 tahun

Pada anak-anak yang masih berusia ke bawah tiga tahun, pemeriksaan mata sebaiknya sudah ada dikerjakan melalui skrining sejak dini. Pemeriksaan ini biasanya menjadi bagian dari kontrol rutin ke dokter anak.

Tujuannya adalah untuk mendeteksi adanya gangguan jiwa penglihatan sejak awal, seperti mata malas (amblyopia) atau mata juling (strabismus). Selain itu, skrining ini juga bertujuan mengidentifikasi kemungkinan kelainan mata bawaan seperti katarak kongenital atau bahkan retinoblastoma.

2. Usia 3 hingga 19 tahun

Pada rentang usia sekolah hingga remaja, disarankan untuk melakukan pemeriksaan mata setiap 1–2 tahun sekali. Biasanya ini dikerjakan bersamaan dengan medical check-up rutin.

Pemeriksaan ini penting untuk mendeteksi gangguan penglihatan seperti rabun terpencil (miopi), yang dimaksud kerap muncul pada masa pertumbuhan kemudian bisa saja berdampak pada proses belajar anak.

3. Usia 20 sampai 39 tahun

Untuk khalayak dewasa muda, pemeriksaan mata secara menyeluruh sebaiknya diwujudkan teristimewa jikalau mempunyai riwayat penyakit mata pada keluarga atau pernah mengalami cedera pada mata. Meski terlihat sehat, mata kekal penting dipantau oleh sebab itu beberapa status mampu muncul tanpa gejala dalam awal.

4. Usia 40 tahun ke atas

Memasuki usia 40-an, risiko gangguan mata terkait penuaan mulai meningkat, seperti glaukoma, katarak, juga degenerasi makula. Risiko ini lebih besar besar lagi apabila Anda miliki keadaan seperti diabetes, tekanan darah tinggi, atau sedang mengonsumsi medikasi tertentu yang tersebut sanggup mempengaruhi kesehatan mata. Jika di antaranya pada kelompok risiko tersebut, jumlah kali kunjungan ke dokter mata sebaiknya lebih besar kerap untuk pemantauan serta pencegahan yang digunakan lebih besar baik.

Faktor atau risiko yang digunakan mempengaruhi seberapa banyak kita perlu melakukan pemeriksaan mata

Tak hanya saja usia, ada sebagian unsur lain yang menentukan seberapa banyak waktu yang digunakan tepat seseorang wajib memeriksakan mata secara rutin. Berikut ini beberapa dalam antaranya:

1. Munculnya gejala masalah penglihatan

Salah satu tanda paling jelas bahwa Anda wajib segera memeriksakan mata adalah ketika mulai merasakan keluhan seperti penglihatan buram, mata sederhana lelah, atau kesulitan meninjau jarak dekat maupun jauh. Keluhan semacam ini mampu berubah jadi indikasi awal adanya masalah yang harus segera ditangani agar tidak ada berprogres bermetamorfosis menjadi status yang digunakan tambahan serius.

2. Memiliki penyakit kronis

Seseorang dengan penyakit kronis seperti diabetes atau hipertensi wajib lebih besar waspada terhadap kebugaran mata. Kondisi yang dimaksud berisiko menyebabkan komplikasi pada mata, misalnya kerusakan pembuluh darah pada retina. Bahkan, khalayak dengan riwayat keluarga yang mana miliki masalah mata juga sebaiknya rutin memeriksakan penglihatannya sejak dini.

3. Tidak mengalami keluhan, tapi berisiko tinggi

Ada pula orang-orang yang tersebut meskipun tidaklah mengalami keluhan penglihatan, masih berada pada kelompok berisiko tinggi. Contohnya adalah dia yang mana sehari-hari terpapar layar gadget, komputer, atau televisi pada waktu lama. Tanpa disadari, kebiasaan ini dapat mengakibatkan gangguan mental penglihatan akibat paparan cahaya biru atau kelelahan mata kronis.

4. Faktor keturunan

Jika di keluarga terdapat riwayat penyakit mata seperti glaukoma, degenerasi makula, atau rabun berat, maka kemungkinan Anda mengalami hal mirip dapat lebih lanjut tinggi. Oleh sebab itu, deteksi dini melalui pemeriksaan rutin sangat dianjurkan.

5. Jenis pekerjaan

Bekerja ke lingkungan dengan paparan debu, cahaya terang, atau zat kimia berbahaya juga meningkatkan risiko mata bermasalah. Pekerjaan seperti ini menuntut perhatian ekstra terhadap keseimbangan mata, diantaranya jadwal pemeriksaan yang mana lebih lanjut teratur.

6. Pola hidup kurang sehat

Gaya hidup juga berpengaruh besar. Kebiasaan merokok, kurang tidur, atau jarang mengonsumsi makanan bergizi dapat mempercepat kerusakan sel-sel mata kemudian menurunkan kualitas penglihatan.

7. Efek samping obat-obatan

Beberapa jenis obat dapat memunculkan dampak negatif pada mata jikalau dikonsumsi pada jangka panjang. Jika Anda sedang menjalani perawatan dengan obat tertentu, sebaiknya konsultasikan dengan dokter mata untuk mengantisipasi efek samping yang kemungkinan besar muncul.

Artikel ini disadur dari Periksa mata sejak kapan? Ini panduan berdasarkan usia dan risiko

Related Articles

Back to top button