Olahraga

Melihat peta kekuatan sepak bola Asia pada 2025: Mampukah bersaing?

Ibukota – ​Sepak bola Asia telah lama mengalami perubahan signifikan di beberapa tahun terakhir, dengan beraneka inisiatif kemudian penanaman modal yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas lalu daya saing dalam kancah global. Namun, pertanyaannya permanen "mampukah Asia menyaingi dominasi tradisional Eropa dan juga Amerika Selatan di sepak bola dunia?​"

Investasi besar-besaran di dalam Timur Tengah

Salah satu perkembangan paling mencolok adalah penanaman modal besar-besaran yang dikerjakan oleh negara-negara Timur Tengah, khususnya Arab Saudi. Turnamen Pro Saudi sudah pernah menyita perhatian perhatian globus dengan merekrut penggawa bintang seperti Cristiano Ronaldo, Karim Benzema, Roberto Firmino, hingga Sadio Mané.

Investasi ini tiada hanya sekali meningkatkan profil liga domestik tetapi juga memberikan dampak positif bagi sepak bola Asia secara keseluruhan. Presiden Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC), Sheikh Salman bin Ibrahim Al Khalifa, menyatakan bahwa diperkenalkan pemain kelas bola pada klub-klub Saudi akan memberikan khasiat besar bagi sepak bola Asia dengan mentransfer pengalaman dan juga standar profesionalisme yang tersebut tinggi ke liga-liga nasional lainnya di benua ini. ​

Menurut peringkat yang dimaksud dirilis oleh Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) untuk musim 2024/2025, liga-liga terbaik pada Asia adalah sebagai berikut:​

  1. Arab Saudi (109.054 poin)​
  2. Jepang (102.153 poin)​
  3. Korea Selatan (89.990 poin)​
  4. Uni Emirat Arab (71.653 poin)​
  5. Iran (68.312 poin)​

Arab Saudi menempati sikap teratas berkat performa impresif klub-klub seperti Al-Hilal, Al-Nassr, lalu Al-Ittihad dalam kompetisi kontinental. Jepun kemudian Korea Selatan juga menunjukkan konsistensi melalui klub-klub seperti Urawa Red Diamonds dan juga Jeonbuk Hyundai Motors.

Peningkatan infrastruktur juga kompetisi klub

Selain pembangunan ekonomi pada pemain, peningkatan infrastruktur sepak bola juga berubah menjadi fokus utama. FIFA, melalui inisiatif Forward, telah terjadi membantu pengembangan infrastruktur pada seluruh Asia, di antaranya pengerjaan 112 lapangan baru kemudian peluncuran 31 liga domestik. Inisiatif ini memberikan tambahan dari 18.000 pemain wanita kemudian 98.000 pemain pria kesempatan untuk berkompetisi lalu tumbuh di lingkungan yang mana lebih lanjut profesional. ​

Lebih lanjut, FIFA Club World Cup 2025 yang tersebut akan diadakan di dalam Amerika Serikat diharapkan menjadi era baru bagi sepak bola klub, dengan partisipasi empat klub Asia: Ulsan HD (Korea Selatan), Urawa Red Diamonds (Jepang), Al Hilal SFC (Arab Saudi), juga Al Ain FC (Uni Emirat Arab). Kompetisi ini diharapkan dapat meningkatkan inklusivitas serta solidaritas pada sepak bola klub global. ​

Kolaborasi regional lalu pengembangan sumber daya manusia

Kolaborasi antara FIFA lalu negara-negara ASEAN juga menunjukkan komitmen untuk mentransformasi sepak bola di kawasan tersebut. Dengan pengaktifan kantor FIFA di dalam DKI Jakarta pada November 2023, disertai dengan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) dengan ASEAN, diharapkan sinergi antara pemangku kepentingan sepak bola di Asia Tenggara dapat ditingkatkan. Langkah ini mencakup workshop serta inisiatif yang tersebut berfokus pada tata kelola keuangan serta pengembangan kapasitas. ​

Selain itu, kegiatan FIFA Football Executive Programme yang digunakan diselenggarakan dalam DKI Jakarta pada Mei 2024 melibatkan perwakilan dari 29 asosiasi anggota FIFA pada Asia kemudian Oseania. Proyek ini bertujuan untuk membekali para eksekutif sepak bola dengan pengetahuan kemudian keterampilan pada pengelolaan organisasi sepak bola, diantaranya perencanaan anggaran, pengadaan, serta manajemen krisis.

Fokus pada pengembangan usia dini serta manajemen olahraga

Di tingkat nasional, beberapa negara Asia telah dilakukan menjalin kerja serupa internasional untuk meningkatkan kualitas sepak bola mereka. Di Indonesi sendiri, Kementerian Pemuda kemudian Olahraga (Kemenpora) bekerja sejenis dengan La Turnamen Asia untuk mengembangkan pembinaan usia dini juga manajemen olahraga.

Menteri Pemuda kemudian Olahraga, Dito Ariotedjo, menekankan pentingnya pembinaan sepak bola dari tingkat akar rumput kemudian berharap sinergi ini dapat meningkatkan kualitas sepak bola Indonesia.

Tantangan juga prospek ke depan

Meskipun terdapat kemajuan signifikan, tantangan masih ada. Dominasi tradisional Eropa kemudian Amerika Selatan di sepak bola planet bukanlah sesuatu yang simpel untuk diatasi. Namun, dengan pembangunan ekonomi yang tersebut berkelanjutan pada infrastruktur, pengembangan pemain muda, peningkatan standar liga domestik, lalu kolaborasi regional yang tersebut erat, Asia miliki kemungkinan untuk mempersempit kesenjangan tersebut.​

Inisiatif seperti peningkatan jumlah agregat slot untuk tim Asia ke Piala Global FIFA dari empat bermetamorfosis menjadi delapan grup juga memberikan prospek lebih besar besar bagi negara-negara Asia untuk berkompetisi ke level tertinggi. Hal ini diharapkan dapat menggerakkan penanaman modal lebih lanjut lanjut dan juga meningkatkan standar sepak bola di seluruh benua. ​

Secara keseluruhan, sepak bola Asia berada dalam jalur yang dimaksud tepat menuju perubahan yang tersebut signifikan. Melalui komitmen dari berubah-ubah pemangku kepentingan dan juga dukungan dari organisasi internasional seperti FIFA, masa depan sepak bola Asia tampak cerah. Namun, perjalanan menuju tingkat kompetitif yang dimaksud setara dengan Eropa dan juga Amerika Selatan memerlukan upaya berkelanjutan, strategi yang mana tepat, serta dedikasi dari semua pihak yang mana terlibat.

Artikel ini disadur dari Melihat peta kekuatan sepak bola Asia di 2025: Mampukah bersaing?

Related Articles

Back to top button