Dari Jualan Es Keliling hingga Punya 800 Domba: Kisah Pak Edi “Samson Jawa” Bangun Peternakan Beromzet Puluhan Juta

Nama lengkapnya Edi Siswoyo, tapi di kampungnya beliau lebih dikenal sebagai Pak Edi Samson. Julukan “Samson Jawa” bukan tanpa alasan—dulu saat masih jualan es keliling pakai gerobak, beliau dikenal kuat mendorong gerobaknya naik tanjakan. Para tukang bakso dan mie ayam pun spontan menjulukinya “Samson”, dan nama itu melekat hingga kini.
Selama 20 tahun ia berjualan es teh, es botol, rokok, hingga kuku bima, mengumpulkan receh demi receh yang ia tabung di dalam galon air mineral.
Menabung Diam-diam, Pulang Bawa Rp1 Miliar
Siapa sangka, kebiasaan sederhana menyisihkan Rp20.000 hingga Rp50.000 per hari itu membuahkan hasil luar biasa. Setelah bertahun-tahun, isi galon itu akhirnya dipindahkan ke rekening BRI dan mencapai angka fantastis: lebih dari Rp1 miliar!
Uang itulah yang menjadi modal utama membangun peternakan domba di Dusun Randu Pogo, Cokrogaten, Bimomartani, Ngemplak, Sleman, Yogyakarta, yang kini diberi nama Samson Farm—harapan agar kandangnya kuat menghadapi segala tantangan hidup.
Memulai dari Nol Saat Pandemi
Saat pandemi melanda dan banyak orang mengeluh tak punya modal, Pak Edi justru punya modal tapi belum tahu peluang. Ia berkeliling ke peternak ayam, lele, hingga kambing, lalu memilih kambing karena punya kenangan masa kecil saat memelihara hewan itu semasa SMP dan SMA.
Namun, keputusan ini bukan tanpa tantangan.
“Saya sama sekali tidak punya ilmu soal kambing. Tapi saya mau belajar,” ujar Pak Edi.
Tiga Pilar Sukses: Keuangan, Kandang, dan Penjualan
Pak Edi mengelola peternakan dengan sistem manajemen yang rapi:
-
Manajemen Keuangan:
Ia mengelola dana miliaran agar tidak bocor. Bibit kambing dibeli dalam jumlah besar, sementara penjualannya harus satu per satu. Tanpa manajemen, modal bisa habis sebelum hasil didapat. -
Manajemen Kandang:
Dengan dana Rp200 juta, ia membangun kandang yang bersih dan sehat. Sisanya digunakan untuk beli bibit dan pakan. -
Manajemen Penjualan:
Inilah bagian tersulit. Selama 6 bulan pertama, ia merasa seperti peminta-minta, menawarkan kambing ke warung satu per satu namun selalu ditolak karena sudah terikat dengan supplier lama.
Titik Balik: Bertemu Sosok Penyelamat
Peruntungan berubah saat ia bertemu Pak Sauki, seorang pengusaha daging dari Bantul. Pak Sauki sanggup membuka pasar di luar kota, bahkan hingga Kalimantan dan Lombok. Ia membeli kambing dari Samson Farm rutin 5–30 ekor per hari, tergantung musim.
Berkat relasi ini, Samson Farm tak lagi bingung soal distribusi.
Rahasia Kambing Gemuk dan Daging Berkualitas
Pak Edi juga menggandeng profesor ahli pakan dari Purworejo untuk meracik pakan terbaik. Setidaknya ada 14 bahan pokok dalam pakan kambingnya, mulai dari jagung, dedak, kopra, hingga kacang-kacangan.
Kambing yang diberi pakan rumput segar memiliki warna daging merah darah yang menggoda, berbeda dengan pakan kering yang cenderung berwarna pink pucat.
Standar Emas Kambing Gemuk
Menurut Pak Edi, kambing ideal adalah yang:
-
Bobot hidup 20 kg
-
Daging murni minimal 9 kg
-
Warna daging cerah, padat, dan menggugah selera
Jika tidak mencapai itu, artinya kambing hanya besar karena lemak, bukan karena daging.
Aktif di Medsos & Layanan Aqiqah
Selain memasok ke restoran dan pengusaha daging, Samson Farm juga membuka layanan akikah dan penjualan langsung via media sosial. Strategi ini membuat pemasaran lebih luas dan tidak hanya bergantung pada satu jalur.
Penutup: Dari Es Gerobak ke Domba Beromzet Puluhan Juta
Kisah Pak Edi adalah bukti bahwa keuletan, manajemen, dan niat belajar bisa mengubah nasib. Dari seorang penjual es gerobak hingga menjadi pemilik peternakan ratusan domba dengan omzet minimal puluhan juta rupiah per bulan—semuanya diraih dari langkah-langkah kecil yang konsisten.
Jika beliau bisa, kenapa kita tidak?