Dari Anak Hutan Jadi Pemilik Jalan Tol: Kisah Inspiratif Si “Metro Mini”

Uang Bukan Segalanya, Tapi…
Mencari uang itu sebenarnya tidak sesulit yang dibayangkan. Ketika kita sudah terbiasa, semuanya akan terasa mudah. Tapi, ada satu hal yang sering dilupakan banyak orang: cara berpikir.
Orang sukses bukan cuma mereka yang bekerja keras sebagai karyawan, tapi mereka yang berani bermimpi jadi pemilik. Pola pikirnya harus diubah. Kalau selama ini kamu berpikir 1 + 1 = 2, cobalah berpikir out of the box. Bagaimana kalau 1 + 1 = 11? Baru di situ kamu bisa jadi luar biasa.
Uang Lebih Mudah Dicari daripada Dihabiskan
Pernah dengar kutipan dari Jack Ma, konglomerat asal Tiongkok? “Mencari uang itu lebih mudah daripada membuangnya.” Kedengarannya aneh, ya? Tapi masuk akal juga. Menghabiskan uang bukan berarti buang-buang tanpa arah, tapi harus melalui pertimbangan dan asas manfaat. Justru itu yang membuatnya sulit.
Jangan Sekadar Jadi Pekerja, Jadilah Pemilik!
Pesan saya buat generasi muda: jangan hanya bercita-cita menjadi karyawan. Jadilah pemilik. Jangan ikuti rumus biasa. Kalau terus berpikir seperti kebanyakan orang, kamu hanya akan menjalani hidup sebagai ‘pemimpi’ yang tidak pernah sampai ke tujuan.
Tapi ingat, kadang hidup tak sesederhana itu. Bahkan bisa jadi 1 + 1 = -1. Tidak semua rencana berjalan mulus, tapi itu bukan alasan untuk berhenti.
Metro Mini vs Big Bus: Analogi Hidup
Saya suka mengibaratkan diri saya sebagai Metro Mini—kecil, lincah, dan berani. Teman-teman saya mungkin Big Bus—mewah dan bertenaga besar. Tapi dalam balapan hidup dari Taman Mini ke Bogor, siapa yang sampai duluan?
Metro Mini tidak perlu terlalu banyak aturan, bisa langsung jalan. Big Bus harus lihat kiri kanan, takut menabrak. Saya mungkin lecet sedikit, tapi sering sampai lebih dulu. Artinya? Kelebihan bukan segalanya. Kecepatan adaptasi dan keberanian juga penting.
Dari Samarinda ke Jakarta, Dari Anak Kampung Jadi Anak Kota
Saya berasal dari pedalaman, tumbuh di Samarinda, lalu merantau ke Jakarta. Dulu dianggap “gembel” karena mainnya di kampung, pakaiannya seadanya, bahkan tak suka pakai sepatu. Tapi lihat sekarang, saya jadi pemilik salah satu jalan tol swasta di Indonesia. Bukan karena pintar, tapi karena Allah yang gerakkan.
Sekolah Tak Harus Selesai untuk Sukses
Saya pernah kuliah di Fakultas Sosial Politik Jayabaya, pernah coba di Trisakti Fakultas Kedokteran, bahkan sempat ke Kanada dan Los Angeles. Tapi semua itu tidak pernah saya selesaikan. Berbanding terbalik dengan teman-teman saya yang jadi CEO dan dokter. Namun, jalan saya berbeda. Sekarang saya malah jadi staf khusus Menteri Sosial, dan sempat ditawari jadi duta besar!
Tolak Jadi Duta Besar karena Dasi
Ya, saya tolak tawaran jadi duta besar. Kenapa? Karena saya tak suka pakai dasi, rasanya seperti dicekik! Saya juga tak nyaman pakai baju resmi. Hidup saya sudah biasa pakai kaus dan celana jeans. Saya lebih memilih jadi pribadi yang dekat dengan masyarakat daripada tampil glamor di luar negeri.
Dari Jualan Nasi Kuning ke Istana Negara
Jangan salah, saya juga pernah jualan nasi kuning. Tapi dari sana, saya justru mendapat kehormatan: piagam Bela Negara dan posisi strategis di pemerintahan. Bukan karena kekayaan, tapi karena kepedulian terhadap sesama.
Bangga Bukan Karena Gelar, Tapi Karena Manfaat
Bapak saya punya 4 gelar. Kakak saya, almarhum, punya 12 gelar akademik. Tapi saat mereka meninggal, nama saya yang muncul di media. Saya tidak punya gelar akademik sehebat mereka, tapi kata Hariman Siregar—tokoh Malari—gelar saya lebih hebat: Haji. Gelar dari Tuhan, katanya.
Tapi yang lebih penting, bukan gelar itu. Melainkan bagaimana kita bermanfaat untuk sesama.
Mimpi Bangun 1.000 Masjid Bernuansa Chinese
Saya punya mimpi besar: membangun 1.000 masjid dengan arsitektur bergaya Tionghoa. Saya ingin tabungan saya bukan di bank, tapi di akhirat. Saya percaya, hidup sejati bukan di dunia, tapi setelah kita meninggal. Dan saya ingin anak-anak saya melanjutkan mimpi itu.
Jadi Orang Kaya Tapi Tak Bermanfaat? Buat Apa?
Kalau kamu kaya tapi tidak memberi manfaat buat orang lain, lebih baik jangan kaya sekalian. Lebih baik hidup sederhana, tapi berguna bagi sesama.
Semua Karena Allah
Kalau saya bisa sampai di titik ini, semua karena Allah. Bukan karena saya hebat, tapi karena saya ditolong oleh-Nya, dan juga oleh orang-orang baik. Karena itu, jangan pernah lelah berbuat baik. Peduli tidak hanya kepada manusia, tapi juga kepada makhluk hidup lainnya.
Penutup
Kisah ini bukan untuk pamer, tapi untuk menginspirasi. Dari anak kampung hingga jadi pemilik jalan tol, semua mungkin kalau kamu punya tekad, iman, dan hati yang peduli pada sesama. Jadilah Metro Mini—sederhana tapi gesit. Jangan cuma mimpi jadi besar, bertindaklah mulai hari ini!